cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Arena Tekstil
ISSN : 05184010     EISSN : 25487264     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal ini memuat artikel dalam bidang tekstil yang meliputi teknik, kimia, material, desain serta konservasi energi dan lingkungan. Jurnal ini mempublikasikan artikel hasil penelitian orisinal yang menyampaikan informasi baru pada bidang tekstil, hasil penelitian teknis yang menggambarkan suatu pengembangan, kemajuan teknis, dan inovasi dalam manufaktur dan processing, teknik laboran dengan data eksperimental yang cukup yang mengilustrasikan kegunaan suatu metoda atau peralatan tertentu, atau artikel tinjauan ilmiah (review) yang mengupas secara kritis suatu topik pada bidang tekstil yang cukup penting. Topik bahasan tidak bersifat umum, tetapi berupa suatu aspek yang dibahas secara mendalam.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 29, No 2 (2014)" : 14 Documents clear
PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN TERHADAP FIKSASI KITOSAN PADA KAIN KAPAS SEBAGAI ANTIBAKTERI Yulina, Rizka; Winiati, Wiwin; Kasipah, Cica; Septiani, Wulan; Mulyawan, Agus Surya; Wahyudi, Tatang
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.808 KB)

Abstract

Proses depolimerisasi kitosan telah dilakukan untuk memperoleh kitosan dengan berat molekul yang lebih rendah dan mengetahui sifat antibakterinya setelah difiksasi pada kain kapas. Proses depolimerisasi dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan oven microwave disertai penambahan larutan garam elekrolit NaCl dan CaCl2. Variasi proses pemanasan dilakukan pada rentang daya microwave 300-800 watt dan rentang waktu selama 5-25 menit. Berat molekul kitosan ditentukan dari viskositasnya dan dihitung menggunakan persamaan Mark Houwink. Hasil depolimerisasi kitosan menggunakan pelarut campuran CH3COOH 1% /CaCl2 0,25 M dengan rasio volume 7:3 dan rentang daya microwave 300-650 watt telah berhasil menurunkan berat molekul kitosan secara signifikan dari 171.790 Da hingga mencapai 59.746 Da. Hasil analisa terhadap spektra Fourier Transform Infra Red menunjukkan bahwa proses depolimerisasi kitosan tidak mengubah gugus fungsi dari kitosan. Fiksasi kitosan terdepolimerisasi dengan rentang berat molekul 59.746-79.570 Da pada kain kapas menghasilkan sifat antibakteri yang sangat baik yakni mencapai 99-100%, sekalipun prosesnya diikuti dengan proses pencelupan warna. Hasil uji N-total menunjukkan bahwa kain kapas terfiksasi kitosan berat molekul 79.500 Da menghasilkan nilai N-total yang lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan berat molekul 171.790 Da. Hasil kurva ketuaan warna menunjukkan bahwa kitosan BM rendah cocok (compatible) dengan zat warna reaktif yang digunakan pada proses pencelupan dan memberikan warna pada kain kapas yang lebih tua dibandingkan dengan kitosan BM tinggi dan tanpa kitosan.
MODIFIKASI MESIN REELING SUTERA MELALUI PENAMBAHAN SISTEM SIRKULASI AIR PANAS OTOMATIS DAN SISTEM PENGEREMAN HASPEL Sudiyanto, Sudiyanto; Hendra, Mulia; Sugiyana, Doni
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1909.101 KB)

Abstract

Studi ini telah dilakukan dengan mendesain sistem sirkulasi air panas otomatis dan rem haspel sebagai modifikasi pada mesin reeling sutera dengan tujuan untuk konservasi energi melalui peningkatan efisiensi proses. Pada mesin reeling konvensional dapat terjadi inefisiensi pada sistem penyediaan air panas manual yang menyebabkan pelepasan energi panas dan temperatur air yang tidak konstan, serta mekanisme penyambungan benang putus yang dapat mengurangi waktu operasional produktif dan meningkatkan biaya produksi. Metode desain dalam studi ini adalah modifikasi mesin reeling sutera konvensional melalui penambahan sistem sirkulasi air panas otomatis dan sistem pengereman haspel. Berdasarkan uji coba melalui pengoperasian mesin reeling secara kontinyu selama 20 hari, kedua sistem yang dirancang dapat beroperasi dengan baik. Hasil perhitungan analisis ekonomi berdasarkan waktu operasional selama 25 hari memperlihatkan bahwa mesin reeling yang telah dimodifikasi memerlukan biaya produksi benang lebih rendah dan pencapaian waktu break even point yang lebih cepat dibandingkan dengan mesin reeling konvensional. Aplikasi mesin reeling sutera yang telah dimodifikasi ini membutuhkan biaya investasi lebih tinggi, namun demikian produksi benang jauh akan lebih efisien sehingga biaya produksi dalam jangka panjang menjadi lebih rendah dibandingkan dengan mesin reeling konvensional.
PELAPISAN KITOSAN PADA KAIN KATUN DENGAN CARA PERENDAMAN DAN ELEKTROSPINNING Kasipah, Cica; Winiati, Wiwin
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2834.219 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bahan tekstil yang dilapisi  kitosan yang diharapkan dapat digunakan sebagai penutup luka.  Penelitian dimulai dengan isolasi kitin dari kulit udang, dilanjutkan dengan proses deasetilasi kitin untuk mendapatkan kitosan.  Dilakukan pelapisan larutan kitosan pada kain katun yang berupa kain kasa dan kain tenun dengan cara perendaman dan pelapisan kain kasa dengan cara elektrospinning.  Untuk mengetahui karakteristik  hasil pelapisan dilakukan pengujian permeabilitas dan uji degradasi dengan enzim lisozim, yang merupakan parameter yang diperlukan pada penutup luka, serta pengamatan dengan Scanning Electron Microscope.  Pelapisan kitosan  pada kain katun mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang baik, yaitu antara 3900-5400 mg/hari/L, dan pelapisan kasa perban dengan kitosan dalam pelarut asamtrifloroasetat (TFA) memberikan hasil yang tertinggi.  Pelapisan dengan teknik elektrospinning hanya dihasilkan lapisan kitosan pada bahan penunjang, belum memperoleh serat atau butiran kitosan dengan ukuran nano ataupun mikro. Pada pengujian degradasi terhadap enzim lisozim, semua bentuk kain yang dibubuhi kitosan,  kandungan kitosannya  telah habis terdegradasi pada 1 jam pertama waktu degradasi.  Maka  kecepatan degradasi kitosan pada kain yang dibubuhi kitosan tersebut mempunyai kecepatan degradasi kitosannya  yang lebih besar dari hasil perhitungan untuk degradasi 1 jam, yaitu > 5,925 mg/cm2.jam.
ADSORPSI ZAT WARNA TEKSTIL REACTIVE RED 141 PADA TANAH LIAT LOKAL ALAMI Zahra, Nurulbaiti Listyendah; Sugiyana, Doni; Notodarmojo, Suprihanto
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1073.478 KB)

Abstract

Dalam studi ini dipelajari kemampuan adsorpsi tanah liat lokal alami untuk menyisihkan warna pada larutan mengandung zat warna tekstil Reactive Red 141 (RR 141). Tanah liat lokal alami yang diteliti sebagai alternatif adsorben yang murah dalam studi ini berasal dari daerah Arcamanik, Citatah dan Dago (Bandung, Indonesia). Aspek yang dipelajari meliputi pengaruh dosis adsorben, waktu kontak dan konsentrasi awal larutan zat warna. Mekanisme proses adsorpsi dievaluasi menggunakan model isoterm, kinetika dan parameter termodinamika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi penyisihan warna dan penurunan kapasitas adsorpsi tanah liat terjadi pada dosis adsorben lebih tinggi dan konsentrasi awal zat warna lebih rendah. Dosis adsorben optimum untuk tanah liat Arcamanik, Dago dan Citatah dicapai pada dosis masing-masing sebesar 10 g/L; 10 g/L; dan 8 g/L, dengan penyisihan zat warna berturut-turut sebesar 65,9%; 65,9%; dan 76,6%. Waktu kesetimbangan adsorpsi RR 141 pada tanah liat Arcamanik dan Citatah dicapai pada 60 menit sedangkan pada tanah liat Dago tercapai pada 120 menit. Kinetika adsorpsi RR 141 pada seluruh tanah liat lokal yang diteliti sesuai dengan model pseudo second order. Data kesetimbangan adsorpsi RR 141 pada tanah liat Arcamanik paling baik digambarkan oleh model isoterm Freundlich sedangkan untuk tanah liat Citatah dan Dago paling baik digambarkan oleh model isoterm Langmuir. Nilai perubahan energi bebas pada tanah liat Arcamanik, Citatah dan Dago masing-masing sebesar -4,794; -7,048 dan -4,234 kJ/mol.
DEKOLORISASI FOTOKATALITIK ZAT WARNA REMAZOL BLACK 5 DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL TiO2 DAN Ag YANG TERIMMOBILISASI PADA NANOFIBER SELULOSA BAKTERIAL (SB) Gustiani, Srie; Notodarmodjo, Suprihanto; Syafila, Mindryani; Radiman, Cintya L.
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1521.132 KB)

Abstract

Pada penelitian ini, dilakukan studi terhadap penyisihan zat warna reaktif  Remazol Black 5 (RB 5) pada aplikasi proses fotokatalitik menggunakan katalis Ag dan TiO2 terimmobilisasi pada permukaan nanofiber selulosa bakterial (SB). Metode penelitian meliputi percobaan untuk memperoleh nilai optimum dari pH, jumlah Ag dan TiO2 serta untuk mengevaluasi efisiensi penyisihan warna yang optimum.  Pada proses pengolahan RB5, digunakan reaktor fotokatalitik selulosa bakterial (SB)/Ag/TiO2 didesain dalam skala laboratorium pada sistem batch, konsentrasi warna limbah buatan 10, 30 dan 50 mg/L, intensitas lampu UV 4,5 W/cm2 selama 120 menit. Dari hasil pengolahan RB 5,  diperoleh pH optimum 11, konsentrasi warna 10 mg/l dan jumlah katalis Ag dan TiO2 optimum 3,85 mg/cm2. Efisiensi penyisihan warna optimum diperoleh sebesar  98,4%.
EKSPLORASI KANDUNGAN PIGMEN DAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT COKLAT UNTUK PROSES PEWARNAAN KAIN SUTERA Eriningsih, Rifaida; Marlina, Rini; Mutia, Theresia; Sana, Arif Wibi; Titis, Ana
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.053 KB)

Abstract

Eksplorasi pigmen dan alginat dari rumput laut coklat dimaksudkan untuk mengekstraksi pigmen dari rumput laut coklat dan residunya diekstraksi kandungan alginatnya untuk proses pewarnaan pada kain sutera. Hasil ekstraksi pigmen rumput laut coklat teridentifikasi sebagai zat warna mordan asam yang memberikan warna alami yang dapat menghasilkan celupan pada kain sutera dengan ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan, keringat dan sinar dengan nilai  baik. Berdasarkan analisis gugus fungsi dari rumput laut yang telah diekstraksi pigmennya menunjukkan bahwa kandungan alginatnya tidak ikut terekstraksi dan dapat diekstraksi lanjut. Alginat yang dihasilkan memberikan viskositas lebih tinggi dari Manutex F (Alginat impor) dan memenuhi kriteria untuk proses pencapan yang dibuktikan dari hasil uji beda warna, whiteness index pada pencapan tanpa zat warna  dan motif pencapan yang tajam (tidak migrasi). Alginat dari rumput laut coklat Garut, Serang dan Madura masing-masing memberikan viskositas 10.900 cps, 13.060 cps dan 9.780 cps, sedangkan Manutex F  8.000 cps. Rendemen yang dihasilnya masing-masing 30,1%, 28,4% dan 24,2%. Hasil uji hidrolisis parsial alginat menunjukkan bahwa blok guluronat (GG) dalam polimer alginat Garut, Madura dan Serang masing-masing 60,662%, 50,274%, dan 67,906%. Hal ini berkaitan dengan sifat gel yang dibentuk. Alginat Serang cenderung lebih kaku dan kurang fleksibel dibandingkan dengan alginat Garut dan Madura.
PEMANFAATAN DAUN JATI MUDA UNTUK PEWARNAAN KAIN KAPAS PADA SUHU KAMAR Rosyida, Ainur; Achadi W, Didik
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1705.581 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ekstrak daun jati muda sebagai  zat pewarna pada kain kapas dengan metode suhu kamar, sehingga mengurangi energi panas, namun menghasilkan  celupan optimum.  Proses pencelupan dilakukan dengan variasi pH dan zat fiksator tawas  dan ferro sulfat.  Dari  hasil penelitian diketahui bahwa daun jati muda dapat digunakan untuk mewarnai kain kapas dengan arah  warna bervariasi yaitu ungu, ungu kemerahan dan abu-abu. Warna yang dihasilkan tergantung dari jenis fiksator yang digunakan sedangkan ketuaan dan arah warna ditentukan oleh pH larutan yang digunakan dalam pencelupan. Metode pewarnaan terbukti dapat diperoleh hasil yang baik, karena diperoleh warna yang  merata dan permanen. Hasil uji ketuaan warna menunjukkan bahwa pada pencelupan dengan fiksator tawas diperoleh warna ungu dengan nilai ketuaan warna yang paling tinggi pada pH 10, sedangkan pada pencelupan dengan ferro sulfat diperoleh warna abu-abu dengan nilai ketuaan warna  paling tinggi pada pH  5. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian diperoleh nilai perubahan warna yang cukup baik dengan nilai   3-4 sesuai standar Grey Scale dan untuk penodaan warna diperoleh nilai 4 sesuai standar Staining Scale. Uji ketahanan gosokan kering  diperoleh nilai perubahan warna  yang baik yaitu 4-5 dan pada gosokan basah dengan nilai  4  masing-masing terhadap standar Grey Scale. Hasil analisis gugus fungsi molekul zat warna daun jati muda dengan  kurva  FTIR  (Fourier Transform Infra Red)  terdapat  gugus  hidroksil   (-OH),  gugus karbonil (C = O) dan gugus metil (-CH3) yang menunjukkan adanya gugus auksokrom dan kromofor.
EKSPLORASI KANDUNGAN PIGMEN DAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT COKLAT UNTUK PROSES PEWARNAAN KAIN SUTERA Rifaida Eriningsih; Rini Marlina; Theresia Mutia; Arif Wibi Sana; Ana Titis
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.053 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.877

Abstract

Eksplorasi pigmen dan alginat dari rumput laut coklat dimaksudkan untuk mengekstraksi pigmen dari rumput laut coklat dan residunya diekstraksi kandungan alginatnya untuk proses pewarnaan pada kain sutera. Hasil ekstraksi pigmen rumput laut coklat teridentifikasi sebagai zat warna mordan asam yang memberikan warna alami yang dapat menghasilkan celupan pada kain sutera dengan ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan, keringat dan sinar dengan nilai  baik. Berdasarkan analisis gugus fungsi dari rumput laut yang telah diekstraksi pigmennya menunjukkan bahwa kandungan alginatnya tidak ikut terekstraksi dan dapat diekstraksi lanjut. Alginat yang dihasilkan memberikan viskositas lebih tinggi dari Manutex F (Alginat impor) dan memenuhi kriteria untuk proses pencapan yang dibuktikan dari hasil uji beda warna, whiteness index pada pencapan tanpa zat warna  dan motif pencapan yang tajam (tidak migrasi). Alginat dari rumput laut coklat Garut, Serang dan Madura masing-masing memberikan viskositas 10.900 cps, 13.060 cps dan 9.780 cps, sedangkan Manutex F  8.000 cps. Rendemen yang dihasilnya masing-masing 30,1%, 28,4% dan 24,2%. Hasil uji hidrolisis parsial alginat menunjukkan bahwa blok guluronat (GG) dalam polimer alginat Garut, Madura dan Serang masing-masing 60,662%, 50,274%, dan 67,906%. Hal ini berkaitan dengan sifat gel yang dibentuk. Alginat Serang cenderung lebih kaku dan kurang fleksibel dibandingkan dengan alginat Garut dan Madura.
PEMANFAATAN DAUN JATI MUDA UNTUK PEWARNAAN KAIN KAPAS PADA SUHU KAMAR Ainur Rosyida; Didik Achadi W
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1705.581 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.882

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ekstrak daun jati muda sebagai  zat pewarna pada kain kapas dengan metode suhu kamar, sehingga mengurangi energi panas, namun menghasilkan  celupan optimum.  Proses pencelupan dilakukan dengan variasi pH dan zat fiksator tawas  dan ferro sulfat.  Dari  hasil penelitian diketahui bahwa daun jati muda dapat digunakan untuk mewarnai kain kapas dengan arah  warna bervariasi yaitu ungu, ungu kemerahan dan abu-abu. Warna yang dihasilkan tergantung dari jenis fiksator yang digunakan sedangkan ketuaan dan arah warna ditentukan oleh pH larutan yang digunakan dalam pencelupan. Metode pewarnaan terbukti dapat diperoleh hasil yang baik, karena diperoleh warna yang  merata dan permanen. Hasil uji ketuaan warna menunjukkan bahwa pada pencelupan dengan fiksator tawas diperoleh warna ungu dengan nilai ketuaan warna yang paling tinggi pada pH 10, sedangkan pada pencelupan dengan ferro sulfat diperoleh warna abu-abu dengan nilai ketuaan warna  paling tinggi pada pH  5. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian diperoleh nilai perubahan warna yang cukup baik dengan nilai   3-4 sesuai standar Grey Scale dan untuk penodaan warna diperoleh nilai 4 sesuai standar Staining Scale. Uji ketahanan gosokan kering  diperoleh nilai perubahan warna  yang baik yaitu 4-5 dan pada gosokan basah dengan nilai  4  masing-masing terhadap standar Grey Scale. Hasil analisis gugus fungsi molekul zat warna daun jati muda dengan  kurva  FTIR  (Fourier Transform Infra Red)  terdapat  gugus  hidroksil   (-OH),  gugus karbonil (C = O) dan gugus metil (-CH3) yang menunjukkan adanya gugus auksokrom dan kromofor.
PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN TERHADAP FIKSASI KITOSAN PADA KAIN KAPAS SEBAGAI ANTIBAKTERI Rizka Yulina; Wiwin Winiati; Cica Kasipah; Wulan Septiani; Agus Surya Mulyawan; Tatang Wahyudi
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.808 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.878

Abstract

Proses depolimerisasi kitosan telah dilakukan untuk memperoleh kitosan dengan berat molekul yang lebih rendah dan mengetahui sifat antibakterinya setelah difiksasi pada kain kapas. Proses depolimerisasi dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan oven microwave disertai penambahan larutan garam elekrolit NaCl dan CaCl2. Variasi proses pemanasan dilakukan pada rentang daya microwave 300-800 watt dan rentang waktu selama 5-25 menit. Berat molekul kitosan ditentukan dari viskositasnya dan dihitung menggunakan persamaan Mark Houwink. Hasil depolimerisasi kitosan menggunakan pelarut campuran CH3COOH 1% /CaCl2 0,25 M dengan rasio volume 7:3 dan rentang daya microwave 300-650 watt telah berhasil menurunkan berat molekul kitosan secara signifikan dari 171.790 Da hingga mencapai 59.746 Da. Hasil analisa terhadap spektra Fourier Transform Infra Red menunjukkan bahwa proses depolimerisasi kitosan tidak mengubah gugus fungsi dari kitosan. Fiksasi kitosan terdepolimerisasi dengan rentang berat molekul 59.746-79.570 Da pada kain kapas menghasilkan sifat antibakteri yang sangat baik yakni mencapai 99-100%, sekalipun prosesnya diikuti dengan proses pencelupan warna. Hasil uji N-total menunjukkan bahwa kain kapas terfiksasi kitosan berat molekul 79.500 Da menghasilkan nilai N-total yang lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan berat molekul 171.790 Da. Hasil kurva ketuaan warna menunjukkan bahwa kitosan BM rendah cocok (compatible) dengan zat warna reaktif yang digunakan pada proses pencelupan dan memberikan warna pada kain kapas yang lebih tua dibandingkan dengan kitosan BM tinggi dan tanpa kitosan.

Page 1 of 2 | Total Record : 14